Friday, March 23, 2012
Jadilah Pihak yang Lebih Dulu Melakukan Pendekatan
Begitu banyak diantara kita yang bertahan pada rasa tidak suka yang mungkin menjadi awal pertenglaran, kesalahpahaman, pemicu kemarahan, atau saat-saat menyakitkan lainnya. Dengan leras kepala kita menunggu orang lain untuk mendekati kita--- percaya bahwa inilah satu-satunya cara kita dapat memaafkan atau menghidupkan kembali suatu persahabatan atau hubungan keluarga .
Seorang kenalan saya yang sering sakit-sakitan baru-baru ini berkata bahwa ia sudah hampir tiga tahun tak pernah berbicara dengan anak lak-lakinya. "mengapa" tanya saya. Ia berkata bahwa ia dan anaknya punya perbedaan pendapat mengenai istri anaknya tersebut dan ia tak akan mau berbicara dengan anaknya lagi, kecuali anaknya itu yang menelefonnya terlebih dahulu. ketika saya menyarankan agar ia saja yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, mula-mula ia menolak dan berkata " Aku tidak bisa melakukannya, Ia yang seharusnya meminta maaf kepada ku...". Ia benar-benar dalam keadaan sakit parah sebelum ia menghubungi anak laki-lakinya itu.
Namun setelah saya membujuknya dengan halus ia memutuskan untuk mejadi pihak yang lebih dulu memulai pembicaraan. Tak disangka sekali bahwa anaknya sengat berterimakasih atas keinginannya untuk menelefon dan menyatakan permintaan maafnya.
Memang ini biasanya kasus yang sering terjadi ketika seseorang mengambil kesempatan dan memulai pembicaraan, semua orang akan diuntungkan.
Setiap kali memendam amarah, kita mengubah "masalah kecil" menjadi "masalah besar" dalam pikiran kita. Kita mulai percaya bahwa posisi kita lebih penting daripada kebahagiaan kita. Ternyata tidak demikian. Bila kita ingin menjadi orang yang lebih tenang, kita harus memahami bahwa mejadi yang benar tidak pernah lebih pentin gdaripada membuat diri kita bahagia.
Cara untuk menjadi bahagia adalah membiarkan masalah itu berlalu, dan mulailah dengan berbicara lebih dahulu. Biarkan orang lain menjadi benar. Ini tidak berarti bahwa kita salah, semua akan baik-baik saja.
kita akan menikmati pengalaman membiarkan orang lain menjadi yang "benar", mereka tidak akan difensif dan lebih menyukai kita. Mereka mungkin akan mendekati kita kembali. Tetapi, bila karena berbagai alasan mereka tidak melakukannya, itu tidak menjadi soal.
Kita akan mendapatkan bahwa kepuasan batin dari memahami bahwa kita telah mengerjakan tugas kita untuk menciptakan dunia yang penuh kasih sayang, dan tentu saja kita sendiri akan menjadi lebih tentram
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment